Dalam 50 tahun terakhir, sejarah berkumpulnya manusia terbanyak, yakni di atas 10 juta orang dalam satu lokasi atau tempat lebih dikarenakan isu agama. Menurut catatan yang dikutip dari list of largest peaceful gatherings, rekor berkumpul manusia terbanyak dinominasi oleh kegiatan keagamaan atau yang berbasis spiritual.
Rekor terbanyak masih dipegang oleh Kum Mela. Festival ini dilaksanakan di pinggiran kota utara India Allahabad, setiap 12 tahun sekali. Festival Kumbh Mela untuk penghapusan dosa di dua sungai yang disucikan. Dalam acara ini, banyak orang berkumpul jadi satu, baik umat yang melakukan ritual maupun wisatawan asing yang hanya berkunjung. Selama festival berakhir, sekitar 120 juta orang mengerubungi di acara festival Kumb Mela. Terakhir dilaksanakan pada 12 April 2010.
Rekor terbanyak kedua adalah Peringatan Karbala. Peringatan Karbala dilaksanakan di Karbala, Irak, untuk mengenang pertempuran Karbala yang mengakibatkan wafatnya Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW. Peringatan Karbala jatuh pada 10 Muharram setiap tahunnya. Setiap tahun diikuti lebih dari 30 juta orang, tiap tahun jumlah peserta peringatan ini bertambah jutaan. Rekor terbanyak ketiga adalah saat meninggalnya pemimpin spiritual India C. N. Annadurai pada tahun 1969. Yang ikut sebanyak 15 juta orang.
Rekor terbanyak berikut adalah peringatan wafatnya Imam Musa al-Kadzim di distrik utara ibukota Irak, Kadhimiya. Peringatan tahunan ini diikuti oleh sebanyak lebih dari 12 juta orang. Rekor ini diikuti oleh berkumpulnya orang saat meninggalnya pemimpin spiritual Iran Khomeini dengan jumlah 10 juta orang.
Rekor berkumpul manusia terbanyak di dunia ini rata-rata karena alasan agama dan keyakinan. Secara detail, dalam 10 besar rekor itu, didominasi oleh golongan Hindu dan golongan Syiah. Menjadi menarik untuk dikaji lebih dalam, mengapa hanya dua golongan ini yang “mampu” memobilisasi kehadiran pengikutnya dengan jumlah yang fantastis itu.
Di Indonesia, rekor berkumpul manusia terbanyak masih dipegang oleh Aksi 212. Aksi ini didorong oleh isu agama, karena sentimen emosional ke Ahok yang dianggap menistakan Islam. Habib Rizieq Syihab menjadi panglima gerakan ini. Peserta aksi ini diperkirakan lebih dari 5 juta manusia. Pada aksi ini, semua golongan dalam Islam menyatu tanpa membedakan aliran. Penutupnya adalah kalahnya Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan dimenangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Hingga saat ini, memori 212 terus digelorakan untuk “mengisi” momentum Pemilihan Presiden 2019.
Dalam rekor terbanyak dalam Islam baik itu momentum Karbala, wafatnya Imam Musa Al Kadzhim dan Aksi 212, penggeraknya dan faktor kuncinya bukan soal Sunni dan Syiah, tapi karena kecintaan umat tersebut pada keturunan Nabi Muhammad. Dzurriyah (turunan) Nabi Muhammad SAAW yakni para Habaib dan Sayyid menjadi inspirator gerakan berkumpul manusia terbanyak di dunia Islam. Soliditas kepada para Habaib dan Sayyid ini barusan ditunjukkan melalui aksi bela Habib Habar bin Smith yang dipersekusi oleh ormas adat di Manado. Pekikan “siap mati” dan “jihad”, terdengar kencang dan menjadi pemandu umat Islam yang merasa Ulamanya dilecehkan.
Keyakinan dan spirit agama hingga saat ini sepertinya masih menjadi alasan penting dan utama sebagai penggerak manusia dalam jumlah yang banyak. Namun, yang perlu ditransformasi adalah bagaimana keyakinan dan spirit agama bisa dikanalisasi untuk menggerakkan agenda ekonomi dan agenda sosial, tidak berhenti pada memori masa lalu saja dan karena alasan politik semata. Transformasi ini penting untuk membangun solidaritas kolektif yang lebih kontekstual, misalnya mengurangi kemiskinan, menurunkan pengangguran, dan menumbuhkan ekonomi khususnya di kalangan dua agama yang disebutkan diatas.
Leave a Reply